Dolphin atau orang Indonesia
menyebutnya lumba-lumba, adalah hewan yang paling saya suka. Saya sendiri tidak terlalu
ingat kapan tepatnya mulai menyukai hewan pintar ini. Seingat saya, saya sudah menaruh hati pada
hewan lumba-lumba sejak taman kanak-kanak, ya anggap saja cinta tak
tergantikan, tapi bukan berarti saya tidak normal. Saya mencintai
lumba-lumba layaknya manusia yang mencintai hewan peliharaannya.
Saya mengenal nama lumba-lumba
sejak ada pertunjukkan di kota saya, kota Jember lebih tepatnya. Saya diantar
ayah, pergi beserta teman-teman dan guru-guru TK saya untuk melihat pertunjukan
itu. Saya ingat saat itu saya hanya bisa mengahafal penjumlahan, dan ekstrimnya
lumba-lumba yang saya tonton sedang memainkan angka, tidak hanya penjumlahan
tapi juga perkalian (lebih pintar lumba-lumba daripada saya).
Namun tak bisa dipungkiri, kecerdasan hewan mamalia
itu membuat saya kagum dan menjatuhkan hati. Anehnya setelah pulang
kerumah, saya malah mempunyai keinginan untuk memliihara, tapi mau dipelihara dimana?? Jadi saya putuskan untuk mengagumi
tanpa memiliki
Lambat laun, saya mulai lupa
tentang hewan kesayangan saya. Hingga saya beranjak menjadi remaja SMA. Saya ingat saat itu saya baru memecah
celengan untuk membeli handphone
baru, dan kebetulan teman saya menjual gantungan ‘HP’ yang terbuat dari kain
flanel. Pada saat itu saya ingin membeli gantungan berbentuk hati berwarna
hitam, sepertinya lucu jika dipasang pada handphone
saya. Akan tetapi saya tidak membeli itu melainkan menjatuhkan pilihan pada
yang kedua, yaitu berbentuk ikan berwarna merah marun. Kebetulan merah marun merupakan warna favorit saya sejak SMP. Setelah saya membeli
dan memasangkan pada handphone saya, saat
itulah saya kembali mencintai lumba-lumba.
Pada
ulang tahun yang ke 17 saya mendapatkankan kado boneka lumba-lumba dari sahabat
saya bernama "Inggie Narisma". Kemudian sahabat saya SMP yang kebetulan juga
bernama Inggi, memberikan hadiah lumba-lumba saat akan pindah ke kota Surabaya
untuk melanjutkan kuliah. Lalu saat saya berusia 19 tahun, saya juga mendapat
kejutan dari seseorang yang menjabat sebagai pasangan saya pada saat itu, memberikan boneka lumba-lumba berukuran besar,
dan banyak lagi teman-teman saya yang memberikan kado boneka lumba-lumba, dan anehnya
semua berwarna pink.
Kini barang saya mulai dua boneka besar yang
menemani saya tidur, gantungan handphone,
gantungan kunci rumah, gantungan kunci motor, gantungan flasdisk, gantungan tas, dan sebagainya, semua berbentuk
lumba-lumba. Ya bisa dibilang lumba-lumba menemani kapanpun dan dimanapun saya
berada.
Namun, dari sekian barang saya
yang berbentuk lumba-lumba, ada satu "lumba-lumba" yang paling saya sayangi. Mungkin karena
peristiwa mendapatkannya sangat mengharukan. Saat itu semua teman seangkatan sedang sibuk dengan
urusan masing-masing, skripsi lebih tepatnya dan saya salah satu mahasiswa yang
menjalankannya. Ditengah penantian saya menunggu dosen, teman karib saya
datang, namanya Miftah Widyan Pangastuti atau lebih akrab dipanggil "Ita’.
Dengan ransel dipundak, berpakaian tomboy tapi tetap berhijab dan gaya jalannya yang tidak pernah berubah, dia
melemparkan senyum tiada henti saat menghampiri saya. Sumringah kata orang jawa. Setelah tepat berada dihadapan saya, dia
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dolphin berwarna biru berukuran medium.
Tapi bukan peristiwanya yang membuat saya terharu, tapi pembicaraannya saat
menyerahkan boneka itu. Dia berkata bahwa ketika dia melihat lumba-lumba itu dia ingat saya dan berniat
menyerahkan lumba-lumba mungil itu pada saya sejak 2 minggu yang lalu tapi tak pernah bertemu, karena selama 2 minggu saya harus menjaga bapak di Rumah Sakit, bahkan saat teman saya yang kebetulan
juga pecinta lumba-lumba ingin memiliki, dia tidak memberikan. Oh God, so
sweet. Terimakasih kawan.