Ayat-ayat Cinta adalah karya Habbiburrahman masuk daftar baca
saya yang paling saya suka. Tidak lama setelah membaca novel itu semasa SMA,
novel itu diangkat menjadi sebuah film. Meski pada awalnya saya tidak mau
melihat, karena takut kecewa seperti sebelum-sebelumnya, yang tidak sesuai
harapan ketika saya membandingkan sebuah novel dan film. Seperti Dealova,
Heart, dan masih banyak lagi.
Pada saat itu saya memaksakan diri untuk melihat karena Ayah member
saya sebuah tiket dan akan mubazir jika tidak digunakan. Memang sempat terselip
rasa kecewa, tapi disanalah pemeran Fahri, Fedi Nuril menghipnotis
saya dengan actingnya. Setidaknya itu bisa mengobati kecewa saya atas
perbandingan novel dan film yang diputar cepat di otak saya. Itu kali pertama
saya mengidolakan actor Indonesia, karena sebelum-sebelumnya saya hanya
mengidolakan seorang penulis-penulis yang mampu membuat saya terlena dalam
tulisan-tulisannya.
Keluar dari pembahasan Ayat-ayat Cinta sejenak. Saya mengenal
Fedi Nuril pertama kali ketika ia dan
band Garasi muncul disalah satu acara musik. Cukup pendiam dan tidak terlalu
banyak bicara menurut saya. Kemudian saya melihat lagi saat dia tergabung dalam
film Mengejar Matahari. Dari sanalah saya mulai mengidolakannya. Perannya
sebagai Nino memang tidak terlalu banyak dialog dan kisah seperti ketiga
temannya, tapi Fedi Nuril ini mampu membawakan perannya secara baik dan tidak
berlebihan.
Dan ketika Ayat-ayat Cinta muncul, cukup saya akui dia mampu
menghipnotis tidak hanya saya, tapi semua penonton pecinta film. Acting yang
maksimal, dan semakin maksimal di film-film yang ia bintangi selanjutnya.
Beberapa waktu lalu, di tengah-tengah kesibukan saya yang
akan mencari trailer sebuah film, muncul film Ayat-ayat Cinta dalam kolom
recommended. Dan film ini sudah berpuluh-puluh kali saya lihat, dan berpuluh2
kali saya dibuatnya menangis. Dari panjang film itu, ada beberapa bagian yang
saya suka.
Pertama:
Ada dialog luar biasa, ketika Fahri selalu ditertawakan oleh
penghuni penjara. Saat Fahri benar-benar dalam keterpurukan, penghuni penjara
bercerita tentang kisah Nabi Yusuf kemudian mengingatkan Fahri "TUHAN
SEDANG BERBICARA KEPADAMU TENTANG SABAR DAN IKHLAS. SABAR DAN IKHLAS ITU ISLAM
FAHRI". Subhanallah, saya suka dialog itu.
Kedua:
Ketika Aisyah istri Fahri meminta suaminya untuk mengatakan
bahwa Fahri mencintai Maria, dengan tujuan rekaman suara Fahei dapat membangunkan
Maria dari komanya, tapi Fahri hanya diam. Saat waktu berkunjung telah habis, Fahri
mengatakan "ANA BEHIBEK AISYE" saat perpisahan.
Ketiga:
Ketika Aisyah ikhlas untuk merelakan dirinya dipoligami,
meski pada saat itu dia harus menangis sakit. Fahri mengatakan "KAMULAH
YANG AKU PILIH KARENA ALLAH, KAMULAH JODOHKU AISYAH". Subhanallah, begitu
besar cinta Fahri pada Aisyah.
Keempat:
Ini adalah dialog Fahri yang saya suka ketika Aisyah memilih
mengalah dan menenangkan diri karena keadaan yang belum diterimanya. Fahri datang
menjemputnya, kemudian mengatakan "IKHLAS AISYAH, ITU YANG SEDANG BERUSAHA
AKU JALANI. AKU TIDAK IKHLAS MENERIMAMU LEBIH KAYA DARI AKU. AKU TIDAK IKHLAS
DENGAN KONDISI KITA BERTIGA DENGAN MARIA. HINGGA AKU TIDAK TAU ADIL ITU APA DAN
BAGAIMANA. AKU AKAN BELAJAR LAGI. TAPI UNTUK ITU AKU BUTUH KAMU."
*ya
Allah, meleleh ini air mata saya. Barokallah untuk pasangan suami istri seperti
Fahri dan Aisya. Barokallah juga pemeran-pemerannya. Semoga senantiasa diberi
kesehatan. Terutama bang Fedi Nuril tentunya, hehehe.. Berelebihan memang, tapi
itu doa paling sederhana yang mampu saya pintakan pada sang pencipta. Meskipun
saya juga pernah berdoa bahwa nanti bang Fedi Nuril akan menfollback account
intagram dan twitter saya. hehehe..
Ayat-ayat cinta juga lah yang menumbuhkan cinta baca saya. Cuma sayang film-nya malah nggak seindah novelnya.
BalasHapusiya bagus ya mas novelnya. itu awal saya baca novel beneran, biasanya teenlit dan komik..
Hapusiya memang selalu begitu jika film diaptasi dari novel. tapi peran Fedi Nuril yg gak terlalu berlebihan cukup mengobati rsa kecewa, hahahahah :D