Siang ini tak terlalu terik ketika
aku memutuskan untuk memindahkan 3 bungaku dari pot ke taman depan rumah. Memang
semenjak pulang dari Pare rasa cintaku pada bunga naik beribu-ribu kali lipat
dari pada sebelumnya. Entah apa alasannya, yang jelas tanaman hias yang
tertanam dalam pot - pot dengan ukuran yang tidak terlalu besar, menarik
minatku dengan begitu luarbiasa. Ada rasa bahagia yang melampaui batas ketika
apa yang aku tanam dari bibit kemudian tumbuh dan berbunga. Dan seperti yang
sempat aku ceritakan padamu, bahwa nanti aku ingin memiliki peternakan,
persawahan, dan perkebunan bunga. Memang terlalu muluk sepertinya, tapi ijinkanlah
aku bermimpi dan meraihnya.
Setelah selesai tugasku untuk
menanam tadi, aku putuskan untuk menghabiskan waktu di dalam rumah seperti
biasanya, karena memang belum ada panggilan dari sekolah-sekolah yang aku lamar.
Sehingga aku hanya menghabiskan waktu untuk menulis, dan beberapa waktu lalu
dua tulisanku lolos terbit menjadi dua buku antologi, yang munkin akan beredar
awal tahun depan di toko-toko buku. Memang sempat beberapa kali ada panggilan
kerja dari perusahaan ternama seperti garuda dan bank-bank di luar kota, tapi
ibu melarangku dengan alasan aku harus menjadi guru. Ya sudahlah, toh tidak ada
yang salah kan dengan profesi itu. Meski ada beberapa oknum yang memandang
sebelah mata karena gaji guru dibilang cukup minim daripada perusahaan-perusahaan
besar. Tapi menurutku, bukankah lebih penting keberkahan rezeki yang di dapat
daripada sibuk membandingkan besar kecil pendapatan.
Hari ini tak sama seperti biasanya, ada
motor terparkir di depan pintu pagar. Aku menengoknya dari jendela kemudian
segera menghampiri. Ternyata pak pos sedang mengantarkan sebuah kiriman. Cukup heran,
karena biasanya yang datang adalah bapak pengiriman jasa dari
perusahaan-perusahaan swasta. Mengantarkan paket barang dari teman-temanku
ataupun dari admin karena aku menang salah satu lomba. Kali ini yang aku terima
adalah amplop coklat panjang yang isinya mungkin surat pemberitahuan. Aku tak
smpat membacanya karena harus menandatangani surat terima dan segera membawa
masuk. Setelah aku baca ternyata kamu yang mengirimkan sepucuk surat warna
kuning.
Sudah berapa kali kau membuat
kejutan yang tidak pernah aku duga. Mulai dari mengajakku ke kota Blitar,
padahal tidak tahu jalan. Kemudian pergi ke Jogja dan mengendarai motor, sampai
aku harus tidur dipundakmu berulang kali karena perjalanan Pare-Jogja kita tempuh dalam
waktu 12 jam. Lalu kamu mengirimiku lukisan makan malam pertama kita saat di
Pare beserta ucapan selamat ulang tahun dan sedikit curhatanmu tentang rindu. Dan
hari ini, kamu mengirimiku sepucuk surat beramplop coklat.
“Sayang, ternyata
aku tak pandai menyembunyikan sesuatu darimu, terlebih tentang aku yang
merindukanmu. Niat hati ingin memberi kejutan lewat surat ini setelah sidang
selesai, justru terbongkar lebih cepat. Bahkan surat inipun nampaknya tidak
menjadi hal yang mengejutkanmu. Tak apalah, semoga itu tanda baik. Bahwa tak
ada hal sekecil apapun itu yang aku dan kamu sembunyikan. Siang ini rasanya aku
ingin kamu hadir di depanku. Akan ku habiskan waktu hingga senja menjemput
dengan memandangmu dalam diam. Dan aku akan bilang ‘kini aku benar-benar telah
menemukan jawaban sebagai alasan mengapa aku harus cepat lulus’. Sayang, hari
ini naskah tugas akhir akan ku ajukan untuk didaftarkan. Insya Allah minggu
depan ujian dilaksanakan. Sampaikan salamku pada ibumu yang sempat bertanya
kapan aku akan sidang. Ingin sebenarnya mentraktirmu nonton di bioskop. Ada
film baru bulan ini. Tapi Jember terlalu sakral buatku jika kesana hanya untuk
mengajakmu nonton, sebelum keinginan utamaku
terwujudkan, bertemu Bapak Ibumu. Tapi ini janjiku yang akan ku tepati setelah
aku kesana. Terima kasih sayang, kau memberiku alasan mengapa tugas ini harus
cepat rampung. Kemajuan teknologi memang begitu hebat, tapi manusia tetap dalam
kendali alam. Teknologi tak mampu mengatasi kerinduan. Aku merindukanmu dengan
jarak yang sulit ku kalahkan. I love You.”
Itu adalah kalimat akhir dari
sepucuk surat darimu. Memang hanya sebagai ucapan terimakasih. Tapi itu cukup
memunculkan rasa rindu luarbiasa yang berusaha aku tekan hingga batas waktu
yang masih belum bisa kita tentukan. Rampungkan tugasmu dulu, aku juga sedang
menyelesaikan tugasku. Dua cangkir teh dan beberapa buku sudah menunggu untuk
kita nikmati kala senja bergulir.
Salam hangat dari Jember untuk Jogja. Semoga kita
cepat dipertemukan dalam cerita bahagia selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar