Secangkir kopi panas terhidang dalam sebuah meja panjang. Masih belum
tersaji hidangan yang telah dipesan. Euforia kedatangan teman lama begitu
terasa pada malam yang semakin larut, ditambah perayaan tak resmi oleh manusia
yang berkurang umurnya.
Tawa terpecah menyelimuti keakraban yang telah lama hilang. Mengobati
rindu yang telah lama terpendam. Menyatukan pelukan yang telah lama terpisah.
Bersama senyum..
Bersama air mata..
Bersama jiwa yang terlihat tegar, kuat dan siap menantang badai..
Bersama pikiran yang terasah untuk bersaing..
Bersama hati yang begitu angkuh..
Asap rokok turut menemani kebersamaan pada malam dingin. Tatapan teduh
namun mampu merapuhkan jiwa yang kokoh. Bisikan kata yang begitu lirih menyayat
perasaan tenang. Arogan yang tak kunjung
hilang. Menganggap dewa yang wajib dipuja.
Muak melihat muka itu. Muak mendengar cerita kehidupan. Namun malaikat
kecil yang datang dari jauh meneteskan embun tuk memadamkan kobaran api.
Hilang,
Rasa itu. Senyum itu. Kepedulian yang muncul disela-sela kesibukan.
Dimana,
Mungkin telah pergi bersama bintang. Atau bagai layang-layang yang terbang
tanpa benang.
Haruskah memikirkan hal yang mampu menciptakan peperangan. Tapi jika diam akan menenggelamkan raga yang telah
lelah.
Tidak..
Tidak akan ku rusak suasana ini.
Kubiarkan pikiranku mengalir mengikuti arus yang tak tau akan bermuara kemana.
Kubiarkan ragaku menikmati kebahagian semalam bersama orang istimewa yang
datang dari jauh. Kubiarkan mataku menikmati indahnya pahatan sang pencipta
yang pernah menghianati kepercayaan. Kubiarkan luka menyeruak kepermukaan.
Kubiarkan kebodohanku menggiringku pada dunia kemunafikkan.
Mungkin itu kebahagian. Kebahagiaan dalam nestapa. Cinta dalam luka.
Entahlah,
Yang ku tau, ku menikmati malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar