Aku terpercik hutang rindu dengan lakon yang menyempurnakanmu sebagai masalalu.
Aku mulai mengakrabkan diri pada waktu yang tak pernah iba memberikan luka.
Karenanya,
Ada rindu yang tak pernah tuntas terbayar
Sebagaimana cinta yang tak pernah tunai oleh pengakuan yang terhambat sebuah pengingkaran.
Seketika marahmu menjadi mahal tanpa bisa ku tawar.
Sementara itu,
Pengkhianatan semakin terlihat samar.
Sedangkan aku,
Telah menjemput lupa dengan doa yang mungkin tak mustajab karena dosa.
Tapi tak mengapa.
Secerah apapun senja,
Segalanya tak lagi sama.
Seperti kau dan aku yang kini tak lagi mampu tuk mendua.
***
Kau tak mengulumkan senyum indah.
Guratan sedih terpatri tanpa bisa terungkap.
Mencintai seseorang memang bukan sebuah dosa,
karena tak ada yang salah dalam sebuah mahakarya.
Cukup aku tau,
kau berdrama memainkan cerita bahagia.
Menggadaikan sesal pada masalalu.
Mengobati luka yang kau buat sendiri.
Kubiarkan kau melambung.
Tinggi.......
Bebas.......
Lepas.......
Agar nanti kau dapat mengerti bagaimana rasanya terpanting.
Menjadi sesuatu yang terabaikan.
Dipandang sebelah mata tanpa menoleh.
Bukankah itu indah.
Sebagaimana pembunuh membayar dosa dengan nyawa.
Aku menyukai peranmu yang harus memperlihatkan air mata.
Aku menikmati setiap perkataan yang kau sampaikan
Aku mengiba saat kau memulai sebuah cerita.
Kemudian,
Merasahasiakan dengan senyum tanpa mengiyakan
Dan kau tetap sebagai masalalu,
yang selalu sempurna menggoreskan warna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar