Aku tak pernah memikirkan tentang hal ini sebelumnya. Mendengar langkah
kakimu berjalan gagah, lalu sampai di depan pintu, dan aku melihat kau berdiri
tegap diatas lantai bercorak berwarna hijau tua. Kuangkat kepala dan kutemukan
wajahmu. Terlihat tawa dan senyummu disana. Terdengar cara menyapamu yang masih
sama.
Bicaramu sore itu menjadi hal yang paling kudamba. Kutatap berkali-kali
pahatan sang pencipta yang dihadirkan untukku. Kuingat setiap lekuk rupa,
berharap tak akan ada yang terlewatkan saat aku menyimpannya dalam memori.
Hingga aku tak perlu lagi memeras otakku tuk mencari bayanganmu.
Kau duduk, meletakkan cangkir keramik yang beradu dengan meja kaca. Uap
panas dalam kopimu seolah menggambarkan hangatnya kebersamaan kita. Kau genggam
kedua tanganku, lalu kita bercerita dan tertawa. Ingin kukatakan tetaplah
tinggal disini, namun ku urungkan.
Kita saling bertatap. Ada bayanganku di kedua matamu. Seandainya dapat kutemukan sesuatu pada setiap pancaran. Mungkin akan ada sebuah pengakuan yang kutunggu sekian lama, dan kini masih mengendap pada sudut gelap.
Kita saling bertatap. Ada bayanganku di kedua matamu. Seandainya dapat kutemukan sesuatu pada setiap pancaran. Mungkin akan ada sebuah pengakuan yang kutunggu sekian lama, dan kini masih mengendap pada sudut gelap.
Kita berbagi pada waktu yang begitu sempit. Bersama menikmati indahnya
sore. Menyesap pada cerita kehidupan. Menyisakan tetes bulir air yang telah
tandas. Akankah kau pergi setelah ini?
Suaramu serupa semilir angin sore, yang membuatku selalu rindu akan
hadirnya. Tapi masalahnya apa kau juga merasakan hal yang sama. Setiap
pertemuan selalu kutunggu, karena mungkin kau akan membawa kabar gembira. Namun
kadang pertemuan juga membuatku takut, takut kau akan pergi setelahnya.
Setiap hari aku berdoa. Meminta pada Tuhan tuk membawaku sebelum
kehadiranmu. Mencegah langkahmu sampai bersama rindu yang terlalu, karena aku
tak ingin terpanting oleh sebuah harapan. Namun semua terpatahkan akhirnya.
Patah oleh sebuah pengakauan.
Inilah yang kunanti, kabar gembira yang kau bawa. Rindu yang akan
terbayar.
Kau mengajakku tuk bersanding pada sebuah pelaminan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar