Saat malam di sudut kota yang gemerlap oleh lampu-lampu
jalanan, kulihat senyummu terkembang begitu indah di depanku. Dengan tatapan
teduh yang masih sama dengan waktu-waktu sebelumnya.
Tak pernah terpikirkan bahwa aku diberi kesempatan oleh sang
pemilik bumi untuk mengenalmu. Dan pada suatu masa kita sering menghabiskan
waktu dengan bertukar pesan untuk bertukar cerita atau sekedar menyakan kabar.
Ketika aku mulai ragu dengan apa yang kujalani, kau selalu siap menampung
segala keluh kesah yang kucurahkan. Kemudian kau sulutkan semangat yang mampu
mendorongku untuk kembali yakin.
“Apa anda rugi kalau
berpikir positif? November sebentar lagi, sabar ya..”
Semangat yang kau tularkan
mampu menyihir rasa pesimisku menjadi keyakinan yang luar biasa. Entah apa yang
istimewa dari kalimat itu. Tapi itu yang selalu kuingat ketika rasa kantukku
mulai menyergap di tengah aku menuangkan pikiranku untuk tugas akhir.
Mataku terasa sembab mengingat segalanya. Tak terasa pipiku
menghangat oleh lelehan air mata yang tak lagi bisa ku bendung. Kau hadir
karena aku masih membutuhkannya, membutuhkan semangat untuk menjadi sarjana.
Setelah itu mungkin hanya janjimu yang kunantikan tuk mengajakku menginjakkan kaki di mahameru.
Lamunanku buyar ketika sahabatku berbicara dan menutup
laptopku yang menampilkan gambarmu sedang tersenyum.
“susah memang mau ngaku kalo dari dari awal kesepakatannya cuma
jadi kakak adik”
Jember, 27 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar