Senja bergulir begitu indah. Aku menikamatinya di pinggir pantai. Duduk
menyandar pada tiang kayu. Melihat hamparan laut dengan riakan ombak kecil. Memandangi
pipit yang terbang beraturan dibawah rona jingga langit sore. Rinduku membuncah,
penantian panjangku untukmu belum juga usai. Setiap hari aku selalu berharap
suatu saat kau akan hadir melambaikan tangan di ujung dermaga. Berlari dengan
ransel yang kau bawa menuju arahku. Kemudian memeluk erat pada diri yang
semakin menua, melihat senyum yang kau kulum saat aku memulai cerita, mendengar
suara merdumu yang serupa rapalan doa.
Dua tahun sudah kita berpisah jarak. Hanya saling berkirim surat untuk
sekadar menanyakan kabar.
Aku berjalan menyisir pantai. Semilir angin semakin terasa menyejukkan.
Di tengah perjalannku, kulihat batang pohon kayu besar tergeletak di
tengah
pasir. Tampat favorit kita saat berbagi cerita kala senja. Menyesapkan tawa dan
cinta.
Bagimana aku bisa berhenti untuk menunggumu. Sudah terlalu banyak
kenangan yang kita ciptakan. Air mataku pu juga sudah terlampau sering menetes
dan kau hapuskan. Kirimkan kabar sekali lagi, beri aku secercah harapan untuk
tetap menanti.
Sungguh,
aku merindukanmu. Cepatlah pulang, tapi jika masih tak ada waktu, maka peluklah
aku dari kejauhan sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar