Hal tersebut berlanjut ketika saya masuk pada salah satu organisasi. Awal masuk, masih baik-baik saja, maklum para senior mencari anggota. Setelah memasuki minggu ketiga mulai ada tindakan penggencetan. Para senior marah-marah tidak jelas. Masalah kecil dibesar-besarkan, membentak-bentak di depan muka, bahkan ada tindakan untuk mendaratkan tangan di pipi karena saat itu kekerasan di dunia pendidikan belum di atur ketat, sehingga seperti dilegalkan. Saya dan teman-teman seperjuangan hanya bisa berargumen seadanya, jika salah kami harus selalu siap untuk dihukum satu porsi. Satu porsi disini mempunyai arti, 100 push-up, 100 back-up, 100 jampingjam, 25 sit-up,dan 5 kali putaran lari keliling lapangan basket. Tapi saat itu saya menganggapnya sebagai ujian mental, dan bertahan hingga lulus dan mendapat sebutan purna. Pada saat masuk pada perguruan tinggi juga sama, ada ospek yang tidak beda jauh dengan masa orientasi siswa. Jikalau untuk mempererat silaturhmi antara kakak angkatan dan adik angkatan, saya masih memaklumi, tapi ternyata itu hanya tertulis di proposal saja, pada kenyataannya, kakak-kakak tingkat menjadikan ospek sebagai ajang cari jodoh, yang mereka suka, ya diperlakukan istimewa, yang tidak mereka suka diperintah ini itu. Sungguh tidak adil rasanya. Mengapa banyak orang bangga akan hal-hal seperti itu. Seakan-akan mereka bangga jikalau adik-adik kelasnya ketakutan dan mau menuruti perintah-perintah konyol. Misalnya saja mereka memerintahkan membeli bakso dengan diberi uang 300rupiah. Para peserta ospek terpaksa mengamen untuk mendapatkan uang. Setelah uang dirasa cukup mereka membelikan semangkuk bakso dan diserahkan kepada kakak tingkat yang menyuruh, kalau bakso tersebut dimakan bersama-sama mungkin tidak jadi masalah, tapi ternyata bakso tersebut dimakan sendiri dan akhirnya kakak tingkat yang lain juga ikut-ikutan untuk memberi uang seadanya untuk membeli ini itu. Tidak masuk diakal rasanya.
Jika mereka melatih dan memberi pelajaran pada adik tingkat tentang susahnya mencari uang dan survival itu bagus. Yang menjadi masalah adalah perjuangan adik angkatan dimanfaatkan oleh kakak-kakak angkatan yang tidak bertanggung jawab untuk memenuhi keinginannya, membeli pulsa, makanan, minuman dan sebagainya yang dikonsumsi sendiri.
Setelah menjadi mahasiswa dan berkawan dengan banyak mahasiwa dari
fakultas dan jurusan lain, saya mulai mendapatkan banyak informasi untuk
meminimalisir bahkan memusnahkan budaya penggencetan
yang mendarah daging pada mereka-mereka yang menganggap dirinya senior.
Saya mulai menanamkan pada organisasi yang saya ikuti saat SMA. Ketika
pendidikan dan latihan atu lebih dikenal diklat, saya tidak ‘mengompori’ siswa
baru untuk melawan senior, tapi saya melakukan pendekatan pada senior-senior
yang merupakan adik kelas saya. Saya memberikan pengertian bahwa budaya penggencetan itu tidak ada
manfaatnya, karena sikap keras didikan senior akan ditiru oleh adik-adiknya.
Jika mereka menginginkan para junior bermental tangguh, tanpa adanya
penggencetan juga bisa dilakukan. Pera senior tidak perlu memebentak-bentak di
depan muka junior, karena suara lantang disertai emosi, juga merupakan penggencetan, meski bukan fisik tapi itu berpengaruh pada
mental para junior. Jika ada yang melakukan kesalahan, para senior tidak perlu
membentak, cukup menegur tetapi tetap tegas dan wibawa. Jika terpaksa memberi
hukuman fisik, tidak perlu berlebihan, sewajarnya saja. Hal tersebut saya
pantau terus menerus, tentunya dibantu teman-teman saya yang lain dan para
senior saya terdahulu yang sama-sama menjbat menjadi purna atau alumni. Hal
tersebut merdampak positif, mental-mental para adik tingkat saya bisa dibilang
tangguh, dibuktikan banyaknya yang diberi amanat sebagai ketua kelas bahkan ketua
osis, dan hal tersebut tidak menciptakan sekat antara junior, senior, serta
purna karena mereka merasa dilindungi, dan para purna merasa di hargai. Untuk prestasi adik-adik kelas saya disetiap perlombaan juga tidak diragukan lagi.Jadi, budaya penggencetan itu tidak ada
manfaatnya.
Budaya gituan kok masih ada. Pihak sekolah harus ikut campur tu !
BalasHapusTapi skrg sudah dhapuskan mas :)
BalasHapus