Entah bagaimana patutnya aku menyebut seseorang yang umurnya terpaut
setahun di atasku. Aku tak pernah punya cukup kata untuk menggambarkan orang
yang telah kukenal sejak kecil dulu. Namun otakku cukup piawai melukiskan
bagaimana detail rupa pahatan sang pencipta.
Tak jarang ia membuatku mengerutkan dahi saat membaca pesan-pesannya,
mungkin ia juga begitu ketika membaca pesan-pesanku yang kadang tak jelas. Tapi
hal itu tak mampu menggodaku untuk berselingkuh membagi cerita dengan yang lain.
Dia bernilai lebih di mataku, seberapa besar lebihnya jangan ditanya. Cukuplah
tahu bahwa dia adalah seseorang yang istimewa.
Aku selalu bangga ketika banyak orang mengaguminya. Betapa beruntungnya
aku mengenal dan menjadi adik tak resmi, dengan berbagi cerita panjang lebar
dan ia senantiasa sabar untuk mendengarkan. Bahkan tak bosan ia memberiku
semangat untuk mengerjakan skripsi agar aku segera bermuara untuk wisuda.
Semoga November nanti aku bisa mengganti status mahasiswa menjadi seorang
sarjana seperti dirinya.
Aku turut bahagia, ketika ia menceritakan banyak peristiwa yang ia
lalui dengan suka cita. Ingin ku katakan bahwa ia selalu baru dalam ingatanku,
sehingga api semangat yang ia tularkan selalu berkobar dan mampu berkawan baik
dengan tekatku untuk bisa melewati segalanya.
Satu hal yang ia harus tau, atau memang sudah diketahui bahwa kenangan
disetiap pesan yang ia kirimkan tak pernah terkelupas dari dinding-dinding
peristiwa. Aku tak akan menyibukkan diri untuk mencari tahu mengapa Tuhan
mempertemukan kami. Tapi aku percaya bahwa Tuhan punya alasan mengapa kami
dipertemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar