Kau
akan pergi menuntut ilmu di kota seberang dengan jarak yang cukup
jauh. Mengambil gelar doktor yang sudah lama kau impikan. Tapi aku
meyakini, selama hatimu terikat, maka kau akan hadir lagi disini, di
kotaku, kota kita. Senja yang akan menuntunmu kembali, tanpa aku
menuntutnya.
Akan
ada banyak waktu yang kujalani sendiri. Merangkai mimpiku dan
mempersiapkan diri menjadi yang terbaik untuk mendampingimu jika
Tuhan mengijinkan.
Ketika
aku duduk dipinggir jendela untuk menyaksikan hujan, aku tak pernah
berhenti berharap bahwa kau akan hadir di ujung jalan, berlari
menutup kepala dangan tas ransel yang biasa kau gunakan. Kemudian
kita bersama menikmati kopi panas yang kutaruh diatas meja kayu, atau
sekedar menikmati senja tanpa arah tujuan seperti yang biasa kita
lakukan. Hingga akhirnya malam meredakan hari yang terang.
Mengantarkan kita
pada batas waktu yang menyesap sedemikian indah.
Apa
kabarmu disana??
Aku
merindukanmu. Merindukan sosokmu, orang yang tak pernah bisa lepas
dari rokok dan kopi.
Aku
menanti cerita tentang hari-harimu selama kau belajar di kota hujan.
Cepatlah
pulang. Aku menunggumu disini.
Kita
akan menghitung bintang yang bertaburan di langit gelap, atau sekedar
menikmati sinar rembulan di antara lampu-lampu kota.
Aku
menanti kedatanganmu. Berharap kau akan hadir disampingku dan
mengucapkan satu hal. Setidaknya untuk meyakinkanku bahwa kau kembali
untukku.
Jika
kau malu, maka bisikkan saja ditelingaku. Walau hanya kata sederhana,
aku tetap mengharapkannya.
Ucapkan
perlahan dan biarkan aku menikmati kata demi kata.
Jangan
buru-buru mengungkapkan atau menyudahi.
Biarkan
aku mengejanya seperti senja yang menenggelamkan mentari secara
perlahan.
Karena
pada akhirnya aku juga akan menjawab dengan kata yang sama..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar