Sudah
cukup lama ku bersabar. Berusaha tak mengusik kehidupanmu dan
dirinya. Berusaha tak lagi menjadikanmu lawan tapi kawan. Berjuta
usaha yang ku tempuh tuk meyakinkanmu, dia, mereka dan semua bahwa ku
tak mengharap masa itu kembali. Namun semua seakan sia-sia. Setiap
langkahku, setiap ucapku selalu dikaitkan dengan satu nama. Dan kau
selalu menyalahkan, menyudutkan hingga akhirnya semua isi hatiku
meledak.
Mengapa
kau tak menyalahkan mereka. Mereka yang lebih mengenalku sebagai
pasangannya ketimbang sebagai kawannya. Mereka yang selalu mengaitkan
namaku disetiap langkahnya. Mereka yang selalu membuat hidupku dekat
dengan kehidupannya. Mereka yang membuat ku ada disaat dia ada.
Ku
telah menemukan yang lain tapi kau tetap sangkutkanku pada satu nama
itu. Dan ujungnya kau lagi-lagi menyalahkanku. Sampai akhirnya ku tak
mengerti bagaimana alur pikiranmu.
Kadang
ku tak mengerti apa salahku. Ku mengenalmu saja tidak, tiba-tiba kau
hadir dan menghancurkan. Ku marah, kau menyalahkan kemarahanku. Ku
bertindak dianggap pendendam. Kini ku diam, tapi malah kau usik
kembali hidupku. Apa maumu?????
Terlalu
sepikah, hingga harus kau kobarkan api agar ku menemani sunyinya
hidupmu. Atau kau menginginkan bersaing denganku agar keberdaanmu
dianggap oleh orang-orang disekitarku.
Terlalu
miris rasanya ku melihatmu. Sampai rasa iba ku muncul atas dirimu
yang seperti tak pernah bahagia, seperti tak punya Tuhan. Hidupmu
selalu dihantui pikiran buruk, yang selalu takut akan kekalahan.,
yang hanya bisa menggantungkan kebahagiaan pada orang lain, yang
takut akan keterpurukan.
Jika
kau selalu seperti itu, SELAMAT kau akan mendapatkan gelar orang yang
tak akan pernah bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar