Malam
ini takbegitu ramai, gerimis membasahi jalanan beraspal di
depan warung kopi. Liana masih belum beranjak dari tempat duduknya
selepas magrib tadi. Pikirannya masih melayang jauh entah kemana.
“Kosong?”
sapa perempuan sebayanya.
“Iya,
silahkan.”
Keheningan
masih menyelimuti mereka berdua. Tak ada obrolan, hanya ada suara
dentingan gelas yang beradu dengan alasnya, karena kopi dituang.
“Suka
menyendiri disini?” sapa perempuan yang belum ia kenal.
“Lumayan.
Anda juga sering kesini?” akhirnya Liana menimpali.
“Ya
kadang kala suntuk.”
“Berarti
sekarang sedang suntuk?”
“Tidak
juga, aku tak berkata seperti itu. Hahaha..”
“Sial.
Hahaha..”
“Hani”
perempuan itu menyodorkan tangan.
“Liana.”
Lagu
Faded 'Where are you know' memutar tidak terlalu kencang dari radio
kopi. Mereka menikmatinya dengan diam. Menikmati hamparan sawah yang
membentang di depan mereka, dengan lampu kota dari kejauhan.
“Suka
memotret?” tanya Liana mencairkan suasana.
“Tidak
terlalu, hanya sekali waktu saja jika tidak sibuk dengan urusan
kantor. Kau suka menulis? Sudah berapa judul karangan yang kau
rampungkan?”
“Hahahaha,
saya hanya suka menulis judul, untuk isinya kadang kalau sedang ada
yang ingin ditulis saja. Kalau tidak ya cuma tergeletak sebagai
kertas kosong.”
“Kenapa
suka menulis, bukankah itu rumit. Merangkai kata yang kadang putus
ditengah.”