Berbicara tentang liburan itu pasti tiada habisnya. Beribu-ribu pengalaman bisa didapat dan diceritakan. Apalagi jika liburannya kompak dengan ibu tercinta, jelas seru banget.
Biasanya kalau liburan
dengan orang tua, terutama ibu. Wuuhhh
persiapannya harus matang. Ribet nyiapin ini itu. Tapi ya begitulah seorang ibu, selalu menginginkan yang terbaik
terutama untuk anaknya.
Saya juga pernah
mengalami liburan bersama ibu loh. Biasanya sih ngabisin liburan
di rumah dengan masak bareng, buat kue, atau curhat-curhatan aja. Kalaupun berpergian
paling-paling berkunjung ke rumah kakung.
Liburan hampir tiba, sudah jauh-jauh hari ibu saya menanyakan tentang aneka ragam
wisata alam. Saya pikir hanya sekedar basa-basi untuk mengisi obrolan sore. Tak
lama kemudian, beliau berlanjut mencari informasi di internet dan bertanya pada
teman-teman saya. Namun, setiap kali saya bertanya ingin liburan kemana, ibu saya hanya menjawab dengan senyum.
Liburan telah tiba, ibu
saya tak kunjung memberitahukan rencananya. Saya berpikir bahwa liburan kali ini sedikit berbeda, karena
jauh-jauh hari mencari informasi tentang wisata alam, mungkin kami sekeluarga
akan berkemah di tepi pantai.
Tepat hari minggu malam, ibu mengajak saya untuk menyiapkan bekal esok hari. Dan lagi-lagi
setiap saya bertanya, selalu saja saya hanya mendapatkan senyum. Tak lama
setelah itu, ibu saya hanya berkata “kita
hanya liburan sehari, tanpa bermalam”. Okelah kalau begitu, saya tidak perlu
menyiapkan pakaian ganti.
Keesokan harinya, saya menyiapkan motor untuk berangkat. Setelah
subuh semua sudah siap. Ternyata kami tidak hanya berdua tetapi dengan om,
tante,dan sepupu-sepupu saya. Ya cukup ramai untuk menikmati pantai. Sampai di
persimpangan jalan, mereka semua berbelok kearah kanan, setahu saya arah pantai
adalah berbelok kerah kiri, ya sekitar 30km dari pusat kota. Saya terus
mengikuti arah motor om yang kebetulan memimpin perjalanan kala itu.
Perjalanan itu semakin membuat saya bingung, karena saya
berada di perbatasan kota bagian utara. Tak lama kemudian kami semua berjumpa
dengan rombongan lain, dan woooww mereka adalah kawan-kawan saya. Perjalanan semakin
seru, meski kalau dilihat seperti akan demo karena terlalu banyak motor yang
berjalan beriringan.
Masuk pada kota sebelah, saya masih belum tahu akan liburan kemana. Hingga pada akhirnya
sebuah gapura menyambut kami semua. Gapura bertuliskan “kawah ijen”. Yeaahh.. ibu saya mengajak mendaki. Beliau memilih
ijen dengan banyak pertimbangan. Pertama, karena kebanyakan dari kami adalah
pemula bukan pendaki dan yang kedua ,gunung ijen tidak terlalu tinggi.Oh God, baru kemarin saya kemari bersama kawan-kawan kuliah sekarang harus mendaki kembali.
Cukup memakan waktu lama untuk sampai di kaki gunung. Berngakat
sekitar pukul 04.30 WIB dari rumah, samapi disana sekitar pukul 09.00 WIB. Mengalahkan
perjalan Jember - Surabaya. Tapi tak apa, pemandangan yang sering didominasi
dengan sawah dan hutan dan udara yang begitu sejuk, membuat perjalan ini tidak
melelahkan.
Sampai pada pos, kami mendaftarkan diri. Tentunya juga
mengabadikan gambar. Pemandangannya bagus
sekali. Sekitar setengah jam kami berda disana, beristirahat sekaligus memakan
bekal yang sudah disiapkan dari rumah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan.
sahabat saya berpose saat di pos
saudara sepupu saya
istirahat dulu sebelum melanjutkan perjalanan
Cukup lama perjalanan dari pos, akhirnya sampai juga kami di
kaki gunung ijen. Setelah memarkir motor dan membayar biaya parker, kami
bergegas menuju puncak. Sebenarnya tidak terlalu tinggi, terlebih jika dibandingkan
dengan gunung semeru, ketinggian ijen jauh di bawahnya. Tapi meskipun begitu, jalan untuk mencapai puncak
sangat menanjak.
Sempat ibu ingin
menyerah, tapi karena melihat semua masih semangat ibu saya menjadi bersemangat
kembali. Pemandangan kanan kiri adalah tanaman-tanaman perdu membuat perjalan
sedikit melelahkan. Kami terus berjalan, hingga puncak tak jauh dari mata.
Subhanallah,
pemandangannya indah sekali. Lereng-lereng gunung sekitar puncak ijen terlihat
gagah membentang. Samapi pada puncak, pemandangannya lebih menakjubkan lagi. Warna
kawah yang hijau, dipadukan dengan lereng gunung yang mengitarinya berwarna
putih, seakan membungkam kami yang
melihatnya.
kawah ijen
Ibu dengan kaca
mata hitamnya bergaya saat berada di puncak. Dengan senyum bahagianya, sekejap
menghapus rasa letih perjalan yang saya lewati.
ibu saya dengan kaca mata hitamnya
puncak
pemandangan di bawah kaki gunung
Sekitar pukul 1 siang kami segere turun, karena selain kabut
mulai tebal, langit juga menandakan akan segera turun hujan. Sampai dibawah
kami melaksanakan ibadah dan berlanjut untuk mencari warung makan. Setelah itu
kami semua segera pulang ke rumah masing.
Sampai dari rumah, ibu
menyiapkan malam sambil membahas seru tentang liburan kami. Setelah itu kami beristirahat untuk menyiapkan diri
esok hari.
wah, kalau ibuku lebih suka ke pantai daripada ke gunung. :D
BalasHapusseneng ya, hiking bareng ibu. mupeng deh >.<
Hehe itu juga kebetulan pengen hiking gara2 saya sering curhat gunung...
HapusArtikelnya bagus jadi teringat sama ibu dirumah, he he he terimakasih yah sudah mengikuti Mini Kontes ane, salam hangat dan sukses selalu. Terus menulis
BalasHapusTerimakasih mas roqib :)
Hapusfoto-fotonya keren tuh ..... asik banget tentunya ... mana fotonya mbak ratna? semoga sukses, slam buat bundanya
BalasHapussy tunggu di http://bchree.wordpress.com/2014/01/08/malaikatku-di-dunia/
salam kenal
Saya yg krudung hijau toska mas:)
HapusIya nanti saya mampir..