“ dikutip dari seseorang ‘bapak dosen nomor satu’ “
Pecinta alam,
sering kali di identifikasikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan
alam. Menjelajah gunung, menyusuri gua, mengarungi indah samudra,
merambah belantara yang sunyi dan sederet kegiatan ‘alam’ lainnya.
Tentang
pecinta alam itu sendiri di negeri kita, sering kali kegiatan yang
dilakukan hanya sebatas sloganisasi belaka, sebatas mereka menikmati
alam untuk diri sendiri. Sebatas mencari kepuasan untuk kepentingan
pribadi.
(Bacalah wahai pecinta alam),,
pecinta alam seringkali
melakukan aktivitas yang justru mengganggu keseimbangan alam. Menjelajah
gunung dan membuat jejak-jejak disana, mencoret-coret batu di puncak,
membuang sampah non organik ke sembarang tempat. Membuat api unggun yang
seringkali lupa dimatikan. Memetik Edelweis hingga beratus-ratus
tangkai.
“perkataan dari bapak dosen yang dicintai oleh banyak anak didiknya“
Saat
sekolah dulu, saya pernah terlibat dalam dunia Pecinta Alam. Jujur kala
itu orientasi hanya mencari background yang bagus untuk foto-foto saya.
Rasa bangga sekali bila berhasil ‘menaklukkan’ puncak-puncak tertinggi.
Memang rasanya damai sekali di tengah kesunyian alam. Menikmati
keindahan kota nun jauh disana yang tertutup oleh sebagian kabut.
Menyaksikan keindahan sunrise dan sunset kala cuaca bersahabat. Dengan
apapun itu takkan pernah tergantikan.Hanya saja yang sering mengganggu
saya, seringkali diperjalanan menuju puncak banyak sampah berserakan.
Tentunya ini adalah sampah yang dibawa oleh pendaki. Karena sebagian
besar makanan yang dibawa khas sekali. Sampai dipuncak lebih mengerikan
lagi. Bebatuan yang semestinya terlihat asri dan indah penuh coretan.
Sialnya coretan-coretan itu seringkali membawa nama sekolah atau kampus
yang notabene lebih ‘terpelajar’ dari pendaki liar.Saya pernah merasa
malu sekali katika dalam pendakian kami secara kebetulan berpapasan
dengan pendaki dari mancanegara. Dengan sebuah kantong besar menuruni
gunung sambil memunguti aneka sampah yang terserak. Rasanya kami tak
punya muka untuk menatap mereka. Tentu bukan karena sampah yang mereka
pungut adalah sampah kami melainkan karena kepedulian mereka terhadap
alam.Sementara pendaki lokal, yang (seharusnya) memiliki kesadaran lebih
justru mengabaikannya.
Sebuah organisasi pecinta alam (yang
biasanya ngetren dikalangan mahasiswa) seharusnya bukan hanya sekedar
tempat bernaung bagi mereka yang senang berpetualang saja atau
menghabiskan anggaran dana dikampus.
Ironis membayangkan mereka
melakukan pendakian besar-besaran yang menelan biaya tinggi sampai
keluar negeri. Sementara di negeri sendiri, negeri yang (seharusnya)
elok dan kaya akan hutan tropis perlahan mulai kehilangan identitasnya.
Pencurian kayu, pembabatan hutan secara liar luput dari penyelamatan
sang Pecinta Alam.
“menurut bapak dosen“
‘Pecinta Alam’ dalam
konteks bahasa adalah seseorang yang sangat mencintai alam. Mencintai
berarti melakukan banyak hal untuk sesuatu/seseorang yang dicintai.
Mencoba membahagiakan sesuatu/seseorang yang dicintai dengan tulus.
Melakukan banyak hal agar sesuatu/seseorang yang dicintai merasa
nyaman.Mencintai itu tanpa sederet syarat apapun. Mencintai itu sesuatu
yang tulus, tanpa pamrih.
Mencintai alam, sama halnya dengan
melakukan banyak hal untuk alam. Tanpa syarat-syarat khusus tapa
dibarengi rasa keegoisan untuk memiliki alam secara pribadi tanpa
mengabaikan apa yang sebetulnya dibutuhkan oleh alam.
Semua
harus dilakukan tanpa pamrih, pamrih untuk dimunculkan di media massa.
Tanpa pamrih di puji banyak pihak, tanpa pamrih untuk mendapatkan
dukungan dana berlebih yang pada akhirnya digunakan entah kemana.
Mencintai
alam, mencintai wujud ciptaan-Nya. Mengasihi setiap apa yang ada di
dalamnya.Memulai dari hal yang kecil disekitar kita. Meski kecil, andai
setiap orang melakukannya pasti hasilnya menjadi lebih berarti.
`terimakasih
untuk bapak guru sekaligus dosen nomor satu, yang selalu mempunyai hal
baru untuk mengajar, yang selalu membuat setiap orang tersenyum, yang
membuat siswa/mahasiswa nyaman saat sekolah/kuliah, yang membuat
mahasiswa jadi berebihan dan gila saat berpuisi, yang selalu memberi
semangat dalam keadaan apapun. Semoga kita bisa mencintai alam ya Pak. Amiiinn..`