Pagi ini tampak mendung. Matahari
enggan muncul beberapa hari belakangan, dan aku menanti gerimis di balik
jendela kamar. Padahal sejak dulu aku tak menyukai suasana hujan di pagi hari,
yang menurutku hanya menghambat aktifitas pagi dan mengubah mod menjadi tak
bersemangat.
“Ini ku buatkan teh panas.” Terdengar
suara laki-laki yang sudah aku kenal sejak bertahun-tahun lalu. Aku tersenyum
dan sedikit menggeser posisiku. Kami duduk sejajar menghadap halaman depan yang
terguyur hujan. Ku lanjutkan lamunanku dan dia sibuk membaca buku yang sudah
digenggamnya sejak tadi. Ia mulai membalik lembar demi lembar sebelum kemudian
terdengar bunyi dering ponsel yang menunjukkan pesan singkat bahwa deadline
kantor dimajukan besok siang.
“Ceritanya ini wanita pengagum senja
beralih menjadi pecinta hujan?” Tanyanya yang kembali menekuri lembar demi
lembar buku yang tak kunjung rampung ia baca. Sudah hampir sepekan ini ia
membaca buku yang sama. “Coba lihat itu, kau tak pernah kalah cantik dengan
bunga yang menari bahagia terguyur derasnya hujan.” Sambungnya sambil tersenyum
menatapku. Aku pikir ia sedang basa-basi untuk mengawali pembicaraan.