"Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa…."
Itu adalah
penggalan lirik lagu anak-anak. Kita semua tahu bahwa memang kasih ibu tak
terhingga nilainya untuk merawat anak-anaknya. Begitu pula ibunda saya. Saya
dilahirkan beliau 24tahun yang lalu di kota kecil ini, kota Jember. Masa kecil
saya hampir sama dengan anak-anak pada umumnya. Bermain, belajar, dsb. Dari pasangan
guru nonPNS ini saya tumbuh dan berkembang.
Sekali waktu ibu
menceritakan kepada saya bagaimana saya saat kecil dulu. Saya tergolong anak yang suka sekali dengan susu. Meskipun begitu
berat badan saya saat menginjak umur 4 bulan hanya 6 kilogram, tidak mengalami
obesitas.
saya berusia 4-6 bulan
Seiring berjalannya
waktu saya mulai bisa belajar berdiri dan berjalan. Ketika saya sudah bisa memainkan
mainan saya sendiri, tingkat kenakalan anak-anak pada diri saya mulai muncul. Saya
dibelikan mainan kayu berbentuk angsa. Ketika saya mengayunkan angsa itu
sedikit keras, ibu selalu menyuruh saya untuk memperlambat ayunan. Tapi semakin
saya dilarang, saya semakin saya melakukan larangan itu. Saya mengayunkan
mainan angsa itu kencang sekali hingga akhirnya ibu menggendong saya agar tidak
naik mainan kayu itu.
fase saya belajar berdiri, berjalan hingga bermain
Menginjak usia
usia tiga tahun saya sudah hafal huruf dan warna, meskipun saya masih kesusahan
untuk mengeja kata. Dengan sabar ayah dan ibunda saya mengajari hingga saya
bisa. Saya sempat dibelikan buku oleh "Pakpuh" sebagai hadiah saya sudah bisa membaca. Hal tersebut berdampak positif, saya tidak terlalu kesusahan saat masuk
TK. Dan beberapa kali saya menjadi bintang kelas.
hadiah buku dari Pakpuh
pembagian piala bintang kelas
piala bintang kelas saat TK
Prestasi saya
berlanjut di sekolah dasar. SD saya memang bisa dibilang bonafit. Saya yang
meminta pada ayah untuk sekolah disana karena memang terkenal bagus. Dan ayah
ibu saya menyetujui. Pada waktu itu saya tidak memikirkan apakah ayah saya mampu
atau tidak membiayai sekolah saya karena disaat SD lain menarik SPP seharga
8000 rupiah, SPP saya senilai 27.000 rupiah. Tapi ayah tidak pernah mengeluh di
hadapan saya. Ayah selalu bilang “Yang penting itu belajar dan berdoa”. Ayah sering
berkata seperti itu karena beberapa kali saya sempat minder. Bayangkan saja,
sekolah bonafit nan mahal, tentu anak-anak orang menengah atas yang bersekolah
disana. Anak seorang dokter, pengusaha, pengacara, dan lain sebagainya. Sedangkan
saya, hanya anak pasangan guru non PNS. Jangankan bergaya hidup seperti mereka.
Bisa makan saja sudah syukur.
Darisitulah saya
mulai berpikir apalagi yang saya banggakan kalau bukan prestasi. Saya mau
membanggakan mobil, toh saya tidak punya mobil. Satu-satunya cara ya memang harus
belajar. Saingan saya bisa dibilang cukup berat. Selain banyak (karena setiap
tingkatnya memiliki kelas A sampai D), gizi mereka juga terpenuhi. Sedangkan saya
makan daging ayam saja nunggu ayah gajian. Tapi kalimat ibu “kekuatan doa itu
jauh lebih kuat dari segalanya”. Saya belajar dengan tekun setiap hari, dan
meneruskan mengaji di TPA. Dan semua tidak sia-sia, saya duduk di kelas
unggulan dan nilai saya masuk sepuluh besar dengan bersaing mulai dari kelas 1A
sampai 1D, dan itu berlanjut sampai saya duduk dibangku kelas 6.
Lambat tapi
pasti saya tumbuh menjadi seorang remaja. Pergaulan disekitar saya beraneka
ragam. Hal tersebut membuat prestasi saya menurun secara signifikan, meski diterima di SMP dan SMA favorit di kota saya, tetapi saya tidak pernah menggoreskan prestasi sama sekali. Hingga suatu ketika saya terpilih menjadi bendahara pada salah satu
cabang olahraga. itupun terpilih karena saya sempat mengenal dekat anggota cabang olahraga tersebut. Tidak beselang lama, saya dipindah menjadi sekretaris. Saya mulai
mengurusi semua surat dan fotocopy ini itu. Dalam perjalanan saya mengurusi itu
semua, sempat saya ditawari nota kosong. Saya manut saja dan saya bawa pulang. Sesampainya
dirumah ibu marah sekali. Ibu bilang untuk apa nota kosong kalau pihak fotocopy
bisa mengisi harga asli. Ibu berepesan pada saya, saya mungkin bisa
memanipulasi harga fotocopy sesuai dengan yang saya inginkan demi mendapat
keuntungan. Tapi petaka setelah itu yang tidak bisa dimanipulasi. Tuhan maha
tahu segala yang kita perbuat.
Semenjak itu,
saya selalu bertanya pada ibu apakah langkah saya sudah benar atau tidak. Kalau
benar saya akan melanjutkan, kalau salah saya akan bertanya bagaimana
solusinya. Meskipun sekali waktu perlu adanya perdebatan diantara kami berdua.
Wahhh foto balitanya masih lengkap.... cantik dan lucu...tumbuh kembang seorang anak memang tak lepas dr peran Ibu ya mbak,,
BalasHapusTerimakasih sdh berbagi masa balitanya di GA saya...
iya mbak, sama2 sama. sukses untuk Ga nya :)
HapusFoto masa kecilnya lengkapppp.... keren banget... trnyata sudah hebat sejak kecil
BalasHapusyang hebat ibunya mbak, bukan anaknya :D
Hapusaiih lucu-lucu yaaa foto masa kecilnya, sukses untuk GA nya yaa
BalasHapusmakasih mbak rahmi :D
Hapuswah ternyata mbak ratna ini juara kelas ya
BalasHapusberkat doa ibu itu mas adi :)
Hapus