Ketika banyak orang
merencanakan akan berlibur kemana, maka aku tetap bermimpi disini.
Mengamini tempat yang kau bilang sangat luar biasa dan istimewa. Entah
berapa lama aku harus mengumpulkan rupiah untuk menuju tempat itu.
Perlu perjuangan dan butuh waktu lama untuk menikmatinya. Terlampau
jauh, hingga tak tahu bagaimana aku bisa sampai disana. Terlalu hina
rasanya jika harus kutengadahkan tangan meminta pada orang tua. Biar aku
cari rupiah sendiri dengan bekerja dan aku akan berlibur ke pulau
Lombok berdua denganmu suatu saat nanti, pasti.
Diluar tempat itu, sebenarnya inginku tak terlalu jauh. Jogja saja sudah kuanggap cukup. Dengan menaiki kereta dari Jember menuju Surabaya untuk menjemputmu, lalu bersama menuju kota pendidikan. Bersama-sama menikmati perjalanan dan sampai disana tetap berdua denganmu. Sedikit kubayangkan bagaimana perjalanan kita nanti. Akan ada banyak diam yang terlalu angkuh untuk kusapa. Berjalan beriringan namun tetap dengan pikirannya masing-masing.
--::***::--
Kita akan bersama mencari penginapan tanpa perlu banyak perdebatan. Lalu hanya berdiam diri ditempat bermalam, dengan menikmati rintik hujan atau sekedar saling bertukar cerita. Sesekali kau akan menjawab pertanyaanku, kemudian kau mengakhiri pembicaraan dengan diammmu, setelah itu kita (lagi-lagi) dengan pikirannya masing-masing. Ketika malam tiba, maka kita menikmatinya dengan dua cangkir kopi panas di lesehan pinggir jalan ditemani lampu kota dan ramai kendaraan, mungkin juga diramaikan oleh suara pengamen jalanan yang silih berganti. Setelah merasa semakin larut, kita pulang ke tempat penginapan dengan kau berjalan mendahului dan sesekali menengok kearahku yang berada jauh dibelakang, sedangkanku berpura-pura menikmati jalanan sekitar lalu sesekali menikmati angkuhnya punggungmu yang terus melaju kedepan.
Mungkin kita akan mengahabiskan waktu berhari-hari di kota orang. Tapi entah bagaimana keadaan yang akan menjadi penutup. Apakah sama dengan dua kemungkinan yang kubayangkan. Kau akan mengakhiri liburan dengan mengajakku kesebuah tempat dengan berjalan bergandengan tangan, lalu kau sematkan cincin dijari manisku dan diakhiri ucapan mesra yang selalu kunantikan. Atau akan ada hari suram yang tidak pernah kuamini, namun semakin melekat kuat pada pikiran yang kuingkari, mengusik keterjagaanku. Ada ketakutan yang selama ini kuhindari dengan diam dan bertahan, dimana kau akan memutuskan untuk berjalan semakin jauh dan aku tak lagi bisa mengahampirinya hingga menjadi gamang dan tangisanku pecah tak bersuara.
Diluar tempat itu, sebenarnya inginku tak terlalu jauh. Jogja saja sudah kuanggap cukup. Dengan menaiki kereta dari Jember menuju Surabaya untuk menjemputmu, lalu bersama menuju kota pendidikan. Bersama-sama menikmati perjalanan dan sampai disana tetap berdua denganmu. Sedikit kubayangkan bagaimana perjalanan kita nanti. Akan ada banyak diam yang terlalu angkuh untuk kusapa. Berjalan beriringan namun tetap dengan pikirannya masing-masing.
--::***::--
Kita akan bersama mencari penginapan tanpa perlu banyak perdebatan. Lalu hanya berdiam diri ditempat bermalam, dengan menikmati rintik hujan atau sekedar saling bertukar cerita. Sesekali kau akan menjawab pertanyaanku, kemudian kau mengakhiri pembicaraan dengan diammmu, setelah itu kita (lagi-lagi) dengan pikirannya masing-masing. Ketika malam tiba, maka kita menikmatinya dengan dua cangkir kopi panas di lesehan pinggir jalan ditemani lampu kota dan ramai kendaraan, mungkin juga diramaikan oleh suara pengamen jalanan yang silih berganti. Setelah merasa semakin larut, kita pulang ke tempat penginapan dengan kau berjalan mendahului dan sesekali menengok kearahku yang berada jauh dibelakang, sedangkanku berpura-pura menikmati jalanan sekitar lalu sesekali menikmati angkuhnya punggungmu yang terus melaju kedepan.
Mungkin kita akan mengahabiskan waktu berhari-hari di kota orang. Tapi entah bagaimana keadaan yang akan menjadi penutup. Apakah sama dengan dua kemungkinan yang kubayangkan. Kau akan mengakhiri liburan dengan mengajakku kesebuah tempat dengan berjalan bergandengan tangan, lalu kau sematkan cincin dijari manisku dan diakhiri ucapan mesra yang selalu kunantikan. Atau akan ada hari suram yang tidak pernah kuamini, namun semakin melekat kuat pada pikiran yang kuingkari, mengusik keterjagaanku. Ada ketakutan yang selama ini kuhindari dengan diam dan bertahan, dimana kau akan memutuskan untuk berjalan semakin jauh dan aku tak lagi bisa mengahampirinya hingga menjadi gamang dan tangisanku pecah tak bersuara.
Sungguh impian yang begitu mengagumkan. Saya turut mengamini apa yang mbak ingini. :)
BalasHapusterimakasih :)
Hapusso sweet mba
BalasHapushehehe.. makasi mbak..
Hapus