Senin, 02 Desember 2013

Tak Serupa Awan

Dear sayang,
Terlepas dari petang yang menggulirkan senja, dari bulir-bulir kerinduan yang menyesap indah pada dinginnya malam, dan gemerlap bintang yang kita saksikan bersama dari tempat yang berbeda, mengertilah ada jiwa yang sedang menunggumu disini  bersama rapalan doa terbaik yang dipanjatkan pada Tuhan.

Untukmu sayangku,
Hari ini akan kuceritakan tentang  rintik hujan yang turun. Sepi, tak ada suara gemercik air yang terinjak kaki yang sedang menari, atau terdengar tawa yang begitu tulus terkembang. Semua diam membisu, bahkan awan yang berkumpul tak bertanya saat titik hujan meninggalkan mereka untuk berpindah pada bumi, karena awan tahu bahwa titik hujan akan menguap dan kembali pada mereka.

Untukmu sayangku tercinta,
Haruskah aku menjadi mereka? Memiliki kesabaran luar biasa seperti awan. Menyaksikan keakrabanmu dengan teman-teman wanita dari kejauhan. Atau membiarkanmu bercengkrama seharian bersama orang-orang yang tak ku kenal. Sedangkan kita kini tengah berjarak dan tak jarang amarah mewarnai detik-detik yang kita lalui. Jika kau menjawab iya, akankah ada jaminan bahwa kau akan setia kembali untukku?

Untukmu sayangku yang sedang kurindukan,
Aku tak pernah meminta lebih darimu. Asal kau selalu setia itu sudah lebih dari cukup. Sungguh aku bahagia denganmu. Andaikan kau ada dihadapanku saat ini, akan kutatap lekat dengan senyuman. Namun sayangnya kau sedang ada disana, masih dipenghujung kota yang berbeda.

Untukmu sayangku,
Aku tak pernah bertanya pada Tuhan mengapa kita dipertemukan, tapi aku yakin bahwa Tuhan telah mempunyai rencana baik dibalik pertemuan, dan semoga itu bukanlah sebuah perpisahan.


Jember, 20 Oktober 2013 01:16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar